FTP– Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) menggelar kuliah tamu (kultam) Prof. Besh Bandari dari The University of Queensland School of Agriculture and Food Science, bertajuk Aplication Nano Technology in Food Science (Aplikasi Teknologi Nano dalam Ilmu Pangan,red) di Gedung Pasca Sarjana FTP Lantai 2, Kamis -Jumat(2/2-3/2).
Bandari memberikan tiga topik yang berbeda selama dua hari berturut kepada Dosen, mahasiswa program Sarjana, Magister dan Doktor serta dosen. Selain penggunaan teknologi Nano dalam teknologipengolahan pangan seperti meningkatkan kualitas pangan, Bandari juga memberikan materi Microencapsulation Technology for Food Inggredients.
Di hari kedua, Bandari yang juga seorang reviewer jurnal internasional tersebut, banyak berbagi trik dan tips mengenai bagaimana menulis jurnal dan mempublikasi jurnal internasional dengan high impact factor dalam Publishing in International Journal. Salah satunya sarannya untuk menggugah semangat melakukan penelitian dan mempublikasikannya adalah melakukannya dengan senang hati .
“Research undertaking is an enjoyment not a compulsion. Without publication your time is wasted in researched. Enjoy doing your research and publishing,” ungkapnya.
Dekan FTP, Dr. Ir. Bambang Susilo, M. Sc. Agr, saat membuka kegiatan mengatakan, kegiatan kuliah tamu dengan mendatangkan narasumber dari berbagai Universitas terutama di luar negeri diharapkan dapat menunjang visi FTP yakni lebih dikenal di kancah internasional sebagi pusat pendidikan, penelitian dan informasi ilmiah mengenai bidang ilmu Teknologi Pertanian.
Sementara itu Ketua Jurusan THP, Agustin Krisna Wardani, STP, MSi, PhD, saat menutup acara mengungkapkan tujuan diadakannya kuliah tamu selain menambah wawasan mahasiswa dan perluasan kerjasama dalam pengembangan keilmuan dan joint research antara Jurusan THP dengan Universitas Queensland di Australia juga diharapkan menunjang salah satu poin akreditasi internasional IFT .
“Sebenarnya Nano Technology bukanlah subject yang baru dalam food science. Hanya saja, di Indonesia masih belum begitu banyak dijadikan materi perkuliahan. Mungkin karena membutuhkan laboratorium dan peralatan yang khusus dipakai dalam aplikasi teknologi nano itu sendiri,” tuturnya. [elr]