Apa yang akan anda lakukan jika memiliki galon mineral bekas? Mungkin sebagian besar anda akan membuangnya begitu saja atau menjualnya ke tukang loak. Tak ingin berfikir mainstream, kelima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) justru memanfaatkan galon mineral bekas untuk dijadikan alat pertanian yang bermanfaat. “Alat ini berupa aplikator pupuk berbasis gravitasi yang portable dan multifungsi, kita menamainya ENCHIS (Enricher Portable Applications),” tutur Intan Avionita (TEP 2013), ketua tim. Empat anggota lainya ialah Adi Mas Sulthon (TEP 2011), Sri Mursidah (TIP 2013), Zunanik Mufidah (TEP 2011), dan Sujatmiko (TEP 2011).
ENCHIS yang mereka rancang memiliki 2 bagian utama, yaitu tangki pupuk dan batang aplikator. Oleh mereka galon bekas dimanfaatkan sebagai tangki pupuk, sedangkan batang aplikator mereka buat dari pipa PVC ¾ dim. Prinsip kerja dari ENCHIS ialah saat pemicu batang aplikator ditarik, maka pegas akan menegang dan menyebabkan pintu katup terbuka, sehingga pupuk dapat keluar. Kemudian apabila pemicu dilepaskan, maka pegas akan kembali normal dan menyebabkan katup kembali tertutup, sehingga pupuk berhenti keluar.
“Meskipun sederhana, ENCHIS memiliki banyak kelebihan. Pertama, ENCHIS dapat digunakan sebagai aplikator pupuk granul dan pupuk cair sekaligus. Ke-dua, jumlah pupuk yang keluar dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ke-tiga, ENCHIS juga ergonomis karena tangki pupuk dibuat menyerupai tas ransel dan cukup menarik pemicu untuk mengeluarkan pupuk. Ke-empat, karena lebih ergonomis maka kapasitas pupuk yang dibawa juga meningkat, sebesar 10 kg” tandas Adi.
Agar bisa diaplikasikan oleh petani, mereka membuat 12 buah dan membaginya gratis kepada Kelompok Tani Pangestu di Desa Pandanrejo Kotatif Batu pada Jumat (23/05/2015). Disaat yang sama, para petani langsung mencoba mengaplikasikan ENCHIS di lahan jagung dan stroberi. “Dengan adanya alat ini, kami merasa sangat terbantu. Biasanya untuk memupuk lahan jagung atau stroberi seluas ¼ hektar diperlukan waktu 3 hari dengan 3-5 orang pekerja, itu pun pinggang rasanya mau patah karena harus sering-sering membungkuk. Namun setelah menggunakan alat ini proses pemupukan menjadi lebih ringan dan cepat. Ini juga berarti akan menghemat biaya tenaga kerja,” demikian pungkas Warman Tirmidzi, Ketua Kelompok Tani Pangestu. (dse)