AURORA Untuk Petani Kentang

Workshop Mekanisasi Pertanian Budidaya Tanaman Jagung DuPont Indonesia
April 28, 2015
Inovasi Pita Tanam untuk Negeri
April 29, 2015

AURORA Untuk Petani Kentang

_DSC0047Kentang merupakan salah satu komoditas yang mulai dikembangkan di Indonesia. Upaya peningkatan produksi terus digalakkan guna memenuhi permintaan kentang yang dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Pengembangan yang dilakukan pada kentang adalah dengan memperbaiki teknologi produksi pembibitan kentang. Salah satu Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mengembangkan pembibitan kentang adalah Tani Mandiri. Rudi Madiyanto selaku pemilik UMKM di desa Sumberbrantas Kota Batu ini, melakukan pembibitan kentang di dalam greenhouse dengan sistem budidaya Aeroponik. Kentang yang dibudidayakan ini adalah hasil pemuliaanya sendiri yang diberi nama Madisu AP-4. Benih ini merupakan benih unggul yang memiliki sifat resistan terhadap patogen phytophtora atau jamur yang menyebabkan busuk hitam pada daun. Selain itu benih ini dapat menghasilkan kentang dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan varietas lain serta memiliki kulit yang lebih bersih dan  mengkilat sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Kentang tersebut dibudidayakan dengan sistem aeroponik yang dilakukan didalam greenhouse pada kotak-kotak pembibitan. Pada kotak pembibitan tersebut akar tanaman digantung dan disemprotkan nutrisi unsur hara melalui mist sprayer (sprayer kabut) yang di letakkan tepat dibawahnya secara berkala. Dengan menggunakan sistem ini, kebutuhan unsur hara tanaman dapat terpenuhi dengan baik.

Dalam greenhouse UMKM Tani Mandiri milik Rudi Madiyanto tersebut, terdapat lima kotak pembibitan. Namun, pada UMKM ini masih memiliki kendala karena bibit yang dihasilkan masih belum optimal. Kualitas bibit yang dihasilkan masih mudah layu, kondisi layu tersebut dapat merusak pertumbuhan tanaman yang lain. Sehingga satu kotak pembibitan berukuran 1,5 m x 15 m yang berisi 1000 bibit, harus dibuang dan UMKM tersebut bisa mengalami kerugian 25% tiap kotak pembibitan.

Kerugian tersebut menurut Rudi akibat dari sistem irigasi yang belum optimal serta pemberian nutrisi yang masih belum sesuai dengan kebutuhan tanaman kentang. Sistem irigasi yang digunakan pada mitra yaitu dengan menggunakan 2 buah pompa untuk 5 kotak pembibitan berukuran 1,5 m x 15 m. Kinerja kedua pompa tersebut masih belum optimal karena pembagian air dan nutrisi di tiap kotak tidak merata. Satu pompa hanya memenuhi kebutuhan irigasi bibit kentang sekitar 0,5 cc/L. Padahal kebutuhan air dan nutrisi pembibitan kentang yang optimal adalah 3 cc/L.  Selain itu waktu pemberian nutrisi dilakukan selama 1 menit setiap 5 menit. Padahal waktu terbaik untuk irigasi aeroponik adalah 5 menit setiap 15 menit dan harus dioperasikan selama 12 jam. Sehingga kebutuhan irigasi dari pembibitan kentang mengalami kekurangan baik dari segi waktu pemberian yang tidak tepat serta jumlah kebutuhan yang tidak tercukupi. Selain itu pompa kedua yang akan digunakan sebagai penyemprot pupuk daun tidak bekerja dengan baik. Akibatnya daun akan menguning kemudian jaringan pada akar dan batang akan lemah atau layu. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem irigasi inovatif yang efektif dan efisien pada pembibitan kentang secara aeroponik.

_DSC0114Bersamaan dengan adanya program Kreativitas Mahasiswa oleh DIKTI, lima mahasiswa Universitas Brawijaya bimbingan dari Ir. Ary Mustofa Ahmad, MP yaitu Bangkit Puji Pamungkas, Adriansyah Galih Prasetya, Akbar Setyo Pambudi, Puji Sri Lestari yang berasal dari Jurusan Keteknikan Pertanian serta Bachrul Ulum yang berasal dari Agroekoteknologi melakukan sebuah penerapan teknologi irigasi berupa Automatic Aeroponic Irrigation (AURORA) di greenhouse UMKM Tani Mandiri.

Bangkit, ketua pelaksana dari kelompok itu menuturkan bahwa masalah irigasi tersebut bisa diatasi dengan menggunakan teknologi sistem irigasi otomatis. “Sistem irigasi otomatis ini menggunakan mikrokontroler sebagai otak otomatis yang diatur sesuai dengan data irigasi aeroponik, kemudian  rangkaian RTC (Real Time Clock) sebagai timer akan mencatat waktu irigasi dan auto valve sebagai kran otomatis pada pembibitan kentang secara aeroponik. Keunggulan lain dari sistem ini adalah kesederhanaan jaringan pipa yang mendukung kinerja dari pompa sehingga pompa dapat bekerja optimal”, kata Bangkit mahasiswa yang berasal dari Jurusan Keteknikan Pertanian ini.

Selain itu, sistem irigasi otomatis tersebut bekerja hanya dengan satu pompa. “Penggunaan satu pompa ini akan menghemat biaya listrik yang sebelumnya menggunakan dua pompa”, tutur Galih salah satu anggota kelompok. Sehingga cara kerja dari sistem ini adalah Pompa tersebut akan dikontrol secara otomatis dengan mikrokontroler sesuai waktu irigasi dengan sistem time series (berurutan dan bergantian). Sistem tersebut berupa waktu pemberian nutrisi secara bersamaan ke semua kotak lain sesuai dengan jadwal dari RTC. Ketika RTC telah menunjukkan waktu irigasi pembibitan aeroponik maka mikrokontroler akan mengendalikan auto valve agar kran membuka secara otomatis. Waktu irigasi atau pemberian nutrisi yang sesuai adalah 5 menit setiap 15 menit sekali. Tak hanya itu, dengan satu buah pompa tersebut bisa melakukan dua penyemprotan sekaligus yaitu irigasi akar dan penyemprotan pestisida dari atas yang ditujukan pada daun. Sehingga bibit yang nantinya dihasilkan akan nampak lebih segar dan lebih tahan terhadap penyakit daun.

Sudah dua bulan alat ini diterapkan dan diamati perkembangannya. Hasil yang didapat dari teknologi ini adalah sistem irigasi sudah seperti yang diperlukan kentang baik irigasi untuk akar maupun untuk daun. Sehingga bibit yang dihasilkan lebih segar dan lebih tahan terhadap penyakit. Jumlah bibit yang dihasilkan lebih banyak dari  sebelumnya, yang berkurang hanya 15% dari total bibit. Selain itu juga menghemat biaya listrik karena menggunakan satu pompa. “Harapannya, kebutuhan benih kentang tidak bergantung pada luar negeri. Kami juga berterima kasih dengan adanya program ini mahasiswa dan petani bisa memetik manfaatnya,” ungkap Ary yang merupakan Dosen Jurusan Keteknikan Pertanian ini. “Kami berharap agar teknologi ini juga nantinya dapat berkembang dan dapat dimanfaatkan pada tanaman lain serta dapat menambah keuntungan para petani,” pungkas Bangkit. (dse)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Skip to content