Dewasa ini penggunaan antibiotik di dunia kesehatan makin umum digunakan, padahal data menunjukkan bahwa konsumsi antibiotik  dapat mematikan hampir seluruh bakteri yang terdapat dalam tubuh manusia. Padahal selain bakteri jahat, tubuh manusia juga mempunyai bakteri baik yang berfungsi menjaga keseimbangan usus manusia. Bakteri yang tahan terhadap antibiotik disebut Clostridium difficile yang merupakan bakteri jahat penghasil racun penyebab diare.

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi probiotik dapat menjadi salah satu alternatif menyeimbangkan mikroba dalam usus sehingga mampu mengatasi diare akibat penggunaan antibiotik tersebut. Namun, tidak disarankan untuk mengkonsumsi probiotik dan antiobiotik bersamaan. Hal tersebut disebabkan  antibiotik yang dikonsumsi akan membunuh semua probiotik yang telah dikonsumsi. Sehingga dibutuhkan strain probiotik yang memiliki ketahanan pada antibiotik.

Hal tersebut yang mendorong ketiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya; Sarah Devi Silvian (THP 2015), Hanna Shobrina Iqomatul Haq (THP 2015), dan Fara Cholidatun Nabila (THP 2016) menciptakan bakteri baik sebagai strain probiotik yang memiliki ketahanan pada antibiotik dibawah bimbingan Dr. Agustin Krisna Wardani, STP., M.Si pada program kreativitas mahasiswa bidang penelitian eksakta.

Sarah Devi Silvian, ketua tim menuturkan,”Penelitian kami ini memodifikasi probiotik Lactobacillus casei pada Gen TetM pengkode antibiotic resistance. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa bakteri baik ciptaan kami ini mampu dikonsumsi berbarengan dengan antibiotik karena sifat resistennya. Dengan demikian akan menghindarkan pengguna dari kemungkinan diare karena sifatnya yang mmapu menjaga keseimbangan microbiota pada sistem pencernaan. Keseimbangan microbiota ini yang akan menjaga kesehatan baik kesehatan pencernaan maupun kesehatan organ-organ lain serta meningkatkan penyerapan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

• Category in:
• Berita