Membran atau penghalang selektif antara dua fasa, memiliki fungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul. Menahan komponen dari materi yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori-pori membran, dan meloloskan komponen yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.
Larutan mengandung komponen yang tertahan disebut konsentrat. Dan larutan yang mengalir disebut permeat. Filtrasi menggunakan membran, selain berfungsi sebagai sarana pemisahan juga berfungsi sebagai sarana pemekatan serta purifikasi (pemurnian,red) dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut. Aplikasi teknologi membran ini antara lain untuk memproduksi air bersih dan pengolahan air limbah dengan biaya yang rendah.
Demikian dijelaskan Dr. Saengchai Akeprathumchai Ph. D dari King Mongkut’s University of Technology Chonburi, Thailand pada kuliah tamu International BioIndustri yang diselenggarakan jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB, di Aula FTP lantai 2.
“Umumnya membran berbentuk selaput yang memiliki pori-pori sangat kecil yang dapat menyaring partikel-partikel mikro seperti bakteri, virus, dan, partikel kecil yang terbawa bersama air, “ jelas Saengchai, Rabu (11/12) lalu.
Saengchai memaparkan, beberapa polymer yang dapat digunakan pada industri membran misalnya, Cellulose acetate, Polyamide, Polysulfone/Polyethersulfone, Polyvinylidene, fluoride (PVDF), Poyltetrafluoroethylene (PTFE), Regenerate cellulose, Poylpropylene (PP), Nylon, dan polycarbonate.
Semua material itu, lanjut Saengchai, merupakan bahan sintetis yang dapat diproduksi secara massal sehingga potensial dijadikan suatu industri baru. Selain itu, agar lebih ramah lingkungan dan lebih hemat, dapat mencoba membran berbahan alami seperti pulp (bubur kertas, red) dan kapas.
Saengchai menerangkan, terdapat beberapa keunggulan filtrasi membran ini. Antara lain, pemisahan dapat dilakukan secara berkelanjutan, konsumsi energi umumnya relatif rendah, proses membran dapat dengan mudah digabungkan dengan proses pemisahan lainnya (hybrid processing).
“Filtrasi atau pemisahan dapat dilakukan dengan kondisi operasi yang dapat diatur, mudah dalam scale up, tidak memerlukan bahan tambahan. Pemakaiannya juga mudah diadaptasikan karena material penyusun membran yang bervariasi,” ujarnya .
Awalnya, papar Saengchai , teknologi membran tergolong teknologi canggih berbiaya tinggi dan hanya diterapkan pada industri air minum di negara maju seperti di Eropa dan Amerika saja. Namun, saat ini teknologi filtrasi membran telah digunakan pada industri hilir di negara berkembang semisal Thailand. “Sehingga tidaklah mustahil untuk menerapkannya di Indonesia”, pungkasnya.
Diakhir sesi Dr. Saengchai juga mengharapkan makin berkembangnya teknologi membran di Indonesia. Mengingat kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Sangat potensial bagi bertumbuhnya aneka industri hilir di negeri ini. (dse editing by elr
)